Kisah Rauf: Diduga Bayinya Tertukar di RSI Jakarta Cempaka Putih, Ciri-ciri Jenazah Bayinya Berbeda dengan Keterangan Lahir

Kisah Rauf: Diduga Bayinya Tertukar di RSI Jakarta Cempaka Putih, Ciri-ciri Jenazah Bayinya Berbeda dengan Keterangan Lahir

INDONESIA SATU, JAKARTA – Seorang ayah bernama Muhammad Rauf, 27, menduga bayinya telah tertukar setelah dilahirkan di Rumah Sakit Islam (RSI) Jakarta Cempaka Putih, Kec Cempaka Putih, Jakarta Pusat.  

Peristiwa tersebut bermula saat Rauf mendampingi istrinya, Feni Selvianti, 26, untuk melakukan kontrol kehamilan di Klinik Pratama Karnaeny, Minggu (15/9) pukul 08.30 WIB. Dari hasil kontrol USG istrinya, dokter mengatakan bahwa air ketubannya sudah berkurang.

Read More

“Dan keterangan di kertas air ketuban ICA 5 dan bayi harus dikeluarkan dengan cara operasi caesar. Saya dan istri sudah meminta ke dokter untuk diusahakan lahir normal sebelum dirujuk ke RS Islam Cempaka Putih,” kata Rauf dalam sebuah konferensi pers, Kamis (12/12).

“Tapi dokter tidak memberikan kesempatan lahir secara normal, dokter menawarkan diri untuk membuat rujukan istri saya melahirkan di RS Islam Cempaka Putih di tempat dia bekerja,” sambungnya.

Rauf kemudian mengantar istrinya didampingi keluarga ke RS Islam Jakarta. Setibanya di lokasi, Rauf langsung menyerahkan surat rujukan dari dokter saat di klinik. Istrinya pun juga langsung dibawa di IGD. Sang istri juga sempat merasakan kontraksi saat di IGD. 

Operasi caesar terhadap istri Rauf pun dijadwalkan pada Senin, (16/9) pagi sekitar pukul 08.30 WIB. “Dan bayi lahir sesuai keterangan surat lahir jam 09.05,” kata Rauf.

“Setelah lahir, bayi menangis sangat kencang, istri saya melihat dari atap di ruang operasi melihat belakang kepala bayi dan punggungnya. Tapi tidak diperlihatkan ke ibunya dan tidak diberitahu jenis kelamin, berat dan panjangnya bayi,” imbuhnya.

Kemudian, Rauf dipanggil oleh perawat untuk masuk ke ruang operasi. Dia diminta untuk mengumandangkan adzan bayinya. Saat itu, bayi diletakkan di dalam inkubaktor dan terpasang selang oksigen pada hidung. 

“Saya mengadzankan bayi, oksigen dibuka dan bayi menangis sangat kencang,” ujar dia.

Dalam kesempatan itu, Rauf juga meminta izin untuk mengambil foto dan video bayinya. 

“Awalnya tidak boleh, setelah saya memaksa dan bilang saya mau foto dan video anak saya buat laporan ke keluarga bahwa bayi saya sudah lahir, saya diizinkan foto dan video,” ujar dia.

Rauf juga tidak diberi kesempatan untuk menggendong bayinya, dan tidak diberikan informasi apapun terkait kondisi bayinya. Bahkan, perawat langsung terburu-buru membawa bayi ke ruang NICU. 

“Sampai di ruang NICU saya tidak diizinkan masuk oleh perawat ruang NICU, sore hari saya dihubungi perawat NICU disuruh datang ke Ruang NICU. Dan dokter menghubungi saya melalui HP perawat izin pemasangan oksigen, selang ventilator oksigen dimasukkan ke mulut bayi,” kata Rauf.

Hari Selasa (17/9) pagi, Rauf dihubungi perawat untuk datang ke rumah sakit. Namun, Rauf tidak diberitahukan kondisi bayinya saat perawat menghubunginya.

Saat itu, Rauf meminta istri dan mertuanya untuk mewakilinya. Sebab, Rauf sedang dalam perjalanan ke kelurahan untuk mengurus Akta Kelahiran.

“Tapi perawat marah dan tidak mengizinkan istri dan mertua melihat bayi saya di ruang NICU, malah dihadang,” ujar Rauf.

Singkat cerita, Rauf pun akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke ruang NICU. Namun, dia sempat menunggu lama dan tidak diperbolehkan untuk masuk. Saat itu, kondisi bayinya dalam keadaan kritis.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *