8 Rekomendasi untuk Mewujudkan Kedaulatan Energi dan Minerba Nasional Melalui Penegakan Astacita

8 Rekomendasi untuk Mewujudkan Kedaulatan Energi dan Minerba Nasional Melalui Penegakan Astacita

INDONESIA SATU: Sektor Migas serta mineral dan batubara (minerba) merupakan salah satu pilar utama perekonomian Indonesia, yang berkontribusi besar terhadap penerimaan negara dan pertumbuhan ekonomi baik dari sisi downstream hingga upstream. Namun dengan kebutuhan hilirisasi yang terus meningkat, eksplorasi dan produksi Migas dan Minerba di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi untuk memastikan keberlanjutan industri ini.

Untuk itu, Ikatan Alumni Geologi ITB (IAGL – ITB) menyelenggarakan Seminar dan Sarasehan Nasional IAGL ITB 2024, yang diselenggarakan pada 23 November 2024 di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, dengan mengusung tema “Astacita sebagai tonggak untuk Kedaulatan Energi dan Masa Depan Indonesia”. Dalam acara ini hadir berbagai pembicara dari kalangan akademisi, praktisi industri, hingga pembuat kebijakan sebagai narasumber.

Read More

Acara yang berlangsung secara dinamis dan interaktif ini menghasilkan beberapa rekomendasi strategis untuk menghadapi tantangan energi, geopolitik, eksplorasi sumber daya alam, dan pengembangan SDM geologi nasional, yaitu:

Pertama, Tantangan Eksplorasi dan Produksi. Eksplorasi Minyak, gas, batubara dan mineral di Indonesia kerap terkendala berbagai faktor, termasuk:

  1. Kebijakan (Kebijakan yang masih tumpang tindih serta belum mendukung masuknya investasi secara optimal)
  2. Tata Kelola (Tata Kelola bidang Energi dan Minerba yang belum mendorong terciptanya multiplier effect)
  3. Perizinan yang Kompleks (Proses perizinan yang panjang sering kali menghambat percepatan eksplorasi dan acapkali tumpang tindih dengan sektor lain seperti kehutanan dan perkebunan);
  4. Keterbatasan Data Geologi (Data geologi yang belum terintegrasi dengan baik menyulitkan identifikasi lokasi sumberdaya dan cadangan baru);
  5. Akses Wilayah Terbatas (Banyak potensi sumberdaya dan cadangan berada di wilayah terpencil dengan infrastruktur yang minim);
  • Keamanan dan Konflik Sosial (Beberapa daerah produksi menghadapi tantangan keamanan dan resistensi masyarakat lokal);
  • Volatilitas Harga Komoditas dan Kenaikan Biaya Produksi (Fluktuasi harga di pasar global mempengaruhi perencanaan dan keberlanjutan produksi yang diperberat dengan fluktuasi harga energi, peralatan, dan tenaga kerja meningkatkan biaya operasional perusahaan); dan
  • Pengelolaan Lingkungan (Tekanan global untuk menjalankan operasi yang ramah lingkungan membutuhkan investasi besar dalam teknologi dan praktik keberlanjutan).

Kedua, Langkah Strategis Mengatasi Tantangan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan sinergi antara pemerintah, industri, dan pemangku kepentingan lainnya. Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan adalah:

  1. Sinkronisasi kebijakan antara aspek hulu dan hilir yang terkait seperti transportasi, petrokimia, pupuk dan lain-lain untuk mengoptimalkan bauran energi jangka pendek, menengah dan panjang dalam rangka mencapai kemandirian energi,
  2. Kebijakan untuk tujuan peningkatan multiplier effect: antara lain kebijakan harga gas untuk pupuk dan industri petrokimia,
  3. Peningkatan daya tarik investasi baik dari rezim izin maupun kontrak serta aspek kebijakan fiskal
  4. Peningkatan produksi migas dalam jangka pendek sangat diperlukan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan ketahanan nasional, untuk itu diperlukan upaya-upaya optimal yang didukung dengan berbagai kebijakan, baik kebijakan- kebijakan baru maupun penyesuaian-penyesuaian kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan.
  5. Perlu dipetakan dan difokuskan pada kegiatan-kegiatan peningkatan produksi dan lifting migas, khususnya minyak bumi dalam jangka pendek antara 1-2 tahun
  6. Kegiatan-kegiatan eksplorasi dalam 5 tahun terakhir perlu dievaluasi dan dioptimalisasi untuk mendapatkan target-target yang realistis
  7. Dalam sektor mineral, dengan kebutuhan hilirisasi agar terus didorong dan ditingkatkan untuk mendorong optimalisasi pertambahan nilai.
  8. Pembangunan infrastruktur sampai daerah-daerah terpencil, terutama daerah yang memiliki cadangan energi dan minerba yang besar, sehingga meningkatkan upaya eksplorasi serta produksi energi dan minerba nasional.

Ketiga, Digitalisasi dan Integrasi Data (Membangun basis data geologi yang terintegrasi dan mudah diakses untuk mendukung eksplorasi yang lebih efektif; Kebijakan pengunaan

data yang dapat mendorong investasi; serta Modernisasi, integrasi dan digitalisasi data yang bisa diakses untuk riset dan industri)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *